SEJARAH PERUSAHAAN SHELL
A. SEJARAH AWAL
Aeilko Jans
Zijklert, penanam tembakau berusia 20 tahun di Jawa Timur, pindah ke Pesisir
Timur Sumatra pada tahun 1880 setelah pemerintah menyatakan wilayah tersebut
dibuka untuk perkebunan. Selama perjalanannya di pulau tersebut, dia menemukan
jejak-jejak minyak yang menurut analisis berisi sekitar 62 persen parafin
(kadang disebut minyak tanah).
Senang dengan
penemuannya, dia mengundurkan diri dari pekerjaannya, memperoleh lisensi dari
penguasa setempat, Sultan Langkat, dan pada tahun 1884 menggalang dana
yang cukup untuk mengebor sumur
pertamanya yang ternyata kering. Tahun berikutnya, dia mencoba melakukan
pengeboran kembali di Telaga Said dekat desa Pangkalan Brandan Sumatra Utara.
Akhirnya dia
berhasil. Kali ini dia menemukan minyak dan sumur barunya yang dikenal sebagai Telaga Tunggal 1 dan mulai
berproduksi dalam kuantitas komersial. Sumur ini disebut Telaga Tunggal No 1
dan berlokasi di wilayah konsesi Telaga
Said.
Pada tahun 1890,
Ziljker mengubah "Provisional Sumatra Petroleum Company" miliknya
menjadi sesuatu yang lebih substansial,
dan pada tanggal 16 Juni, piagam perusahaan
"Royal Dutch Company for the Working of Petroleum Wells in the
Dutch Indies" didirikan di Den Haag.
Setelah Zijklert
meninggal pada tanggal 27 Desember 1890, rekannya De Gelder mengambil alih
pekerjaan, menemukan ladang minyak baru dan mengembangkan perusahaannya. Basis
administratif perusahaan didirikan di Pangkalan Brandan. Pekerjaan dimulai
untuk membangun fasilitas di dekat Pangkalan Susu guna menangani pengiriman laut.
Pada tahun 1898,
Royal Dutch menyelesaikan konstruksi fasilitas penyimpanan dan pelabuhan yang
akan membuat Pangkalan Susu menjadi pelabuhan pengiriman minyak pertama di
Indonesia. Sementara itu di Kalimantan pada tahun 1897, Shell Transport and Trading
Company Ltd. menemukan minyak di Kalimantan Timur dan pada tahun yang sama
mendirikan kilang minyak kecil di Balikpapan, yang dimulai pada tahun 1899.
B. AWAL ABAD KE-20
Dengan
bergantinya abad, minyak ditemukan di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa
Timur dan Tengah serta Kalimantan Timur, dan kilang minyak didirikan di
masing-masing wilayah ini. Saat itu, ada 18 perusahaan yang mengeksplorasi atau
memproduksi, minyak di Indonesia.
Pada awal tahun
abad ini, dua perusahaan muncul sebagai pemimpin --- Royal Dutch dalam produksi
dan penyulingan dan Shell dalam transportasi dan pemasaran. The Shell Company
didirikan pada tahun 1897 oleh Marcus Samuel, pedagang rempah-rempah dan kerang
dari Inggris - yang akhirnya menjadi
dasar penamaan perusahaan tersebut.
Pada tahun 1902
Shell dan Royal Dutch membentuk usaha patungan untuk menangani pengiriman dan
pemasaran kedua perusahaan -- The Shell Transport and Royal Dutch Petroleum Co.
Ltd. Setelah beberapa tahun di mana Royal Dutch jauh lebih baik dibandingkan Shell,
Marcus Samuel mengusulkan kepada De Gelder dari Royal Dutch untuk melakukan
merger masing-masing perusahaan.
Akhirnya, pada
tanggal 24 Februari 1907, terbentuklah Royal Dutch/ Shell Group of Companies
yang kemudian dikenal di seluruh dunia sebagai "Shell". Tiga tahun
berikutnya, pada tahun 1910, grup Shell menggandeng perusahaan produksi lain di
Indonesia dan pada tanggal 24 Juni 1911, membeli produsen independen terakhir
-- Dordtsche Petroleum Mij -- dan lengkaplah kehadiran Shell dalam industri minyak
di Indonesia.